Tugas Psikologi Belajar

Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Belajar
1.1.1    Pengertian Psikologi Belajar

   Psikologi belajar adalah sebuah frasa yang terdiri dari dua kata yaitu Psikologi dan belajar. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwadan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa (Djamarah, 2008). Psikologi juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala jiwa dan prilaku manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih (wahab, 2008).
   Jadi psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, prilaku budi pekerti manusia, dan cara berfikir manusia atas prilaku yang dilakukannya. Seorang pakar psikologi dapat mengetahui kepribadiaan seseorang melalui bagaimana cara orang tersebut berprilaku dilingkungan sekitarnya.
    Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku  dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (Kognitif) dan keterampilan (Psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)(sadiman, 1996).
   Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapat terkait definisi belajar, diantaranya adalah Morgan yang menjelaskan bahwa belajar itu adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman. Morgan mengatakan bahwa: “Learning is any relatively permanent change in behaviour that is a result of past experience”.
    Jadi psikologi belajar adalah ilmu jiwa yang mempelajari atau berisi  teori-teori mengenai belajar, tentang bagaimana cara seseorang belajar atau melakukan pembelajaran. Pengetahuan yang baru dan dijadikan pengalaman agar mengetahui langkah kedepannya juga dikatakan dengan belajar. Ilmu jiwa tentang bagaimana seseorang belajar dari perkembangan jiwa yang sedang dialaminya.

1.1.2    Ruang Lingkup Psikologi Belajar
    Psikologi belajar memiliki ruang lingkup disekitar masalah belajar. Secara garis besar ruang lingkup psikologi belajar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan, yaitu:
1. Pokok bahasan mengenai belajar
  • Teori-teori belajar.
  • Prinsip-prinsip belajar.
  • Hakikat belajar.
  • Jenis-jenis belajar.
  • Aktivitas-aktivitas belajar.
  • Teknik belajar efektif.
  • Karakteristik perubahan hasil belajar.
  • Manifestasi perilaku belajar.
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
2. Pokok bahasan mengenai proses belajar
Tahapan perbuatan belajar.
  • Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar.
  • Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu.
  • Pengaruh Motivasi terhadap perilaku belajar.
  • Signifikansi perbedaan individual dalam kecepatan memproses kesan dan keterbatasan kapasitas individu dalam belajar.
  • Masalah proses lupa dan kemampuan individu memproses perolehannya melalui transfer belajar.
3. Pokok bahasan mengenai situasi belajar
  • Suasana dan Keadaan lingkungan fisik.
  • Suasana dan Keadaan lingkungan Non-fisik.
  • Suasana dan Keadaan lingkungan Sosial.
  • Suasana dan Keadaan lingkungan non-Sosial.(Djamarah)
    Jadi ruang lingkup belajar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar, baik itu mengenai belajar, proses belajar mengajar dan situasi belajar dalam proses pembelajaran, dengan pembagiannya masing-masing.

Tujuan dan Manfaat Psikologi Belajar
1.2.1 Tujuan

   Tujuan mempelajari psikologi belajar yaitu agar dapat mengetahui tentang bagaimana proses belajar itu terjadi dan faktor- faktor apa yang mempengaruhi keberhasilannya merupakan hal yang penting dimiliki oleh semua orang, terutama bagi para pendidik (guru) dan calon pendidik, diharapkan pengetahuan tersebut dapat membantu para pendidik dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat meningkatkan hasil beljar anak didik secara maksimal ( Khadijah, 2006). Menurut AbuA hmadi, psikologi bertujuan untuk memberi kesenngan dan kebahagiaan hiup manusia. Dan orang yang ingin sukses dalam segala-galanya harus mengetahui dasar-dasar dari ilmu jiwa (Ahmadi, 2009).
     Psikologi  memiliki tujun yang sama ataupun titik temu yaitu pada perubahan tingkah laku, yang mana pendidikan mengubah perilaku manusia dari satu taraf perkembangan kepda taraf perkembangan berikutnya dan hal ini seiring dengan kajian psikologi pendidikan yang berkaitan dengan bagaimana upaya seorang pendidik mempersiapkan diri guna memberikan perlakuan pendidikn dan pembelajaran yang efisien dan efektif (Wahab, 2008).

     Adapun tujuan psikologi belajar adalah 
Mengubah  prilaku manusia dengan proses belajar dengan meneliti dan menelaah  proses belajar tersebut melalui permasalahan , dan faktor- faktor yang mempengaruhinya dengan cara tepat  dan menyenangkan bagi pendidik dan peserta didik.

    Manfaat mempelajari psikologi belajar adalah
Disiplin ilmu yang memberikan wawasan kepada guru dan calon guru mengenai perihal siapa anak didik dan bagimana cara belajarnya. Dan hal lain yang berhubungan dengan aktivitas belajar anak didik. Semua ini sangat penting untuk diketahui oleh setiap guru dan calon guru karena besar sekali manfaatnya.

  1. Mengetahui siapa anak didik dan cara belajarnya
  2. Mengetahui teori-teori dan prinsip belajar individu anak.
  3. Mengetahui bahwa setiap anak berbeda sebagai individu dalam belajar.
  4. Dapat mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi belajar.
  5. Dapat mengetahu masalah transfer belajar.
  6. Dapat mengetahui kapasitas belajar anak pada umur tertentu.
Sejarah Psikologi

  Jika ditilik dari sejarah, psikologi sudah berkembang sejak berabad yang lalu bahkan sebelum Masehi. Sebelum berdiri sebagai disiplin ilmu tersendiri, psikologi awalnya dipelajari oleh para filsuf Yunani kuno sehingga psikologi tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat.
   Filsafat sudah mempelajari gejala-gejala kejiwaan sejak 500-600 tahun sebelum Masehi (SM), para filsuf yang mempelajarinya adalah Thales (624-548 SM) yang dianggap sebagai bapak filsafat. Dia mengartikan jiwa sebagai sesuatu yang supernatural. Jadi jiwa itu tidak ada, karena menurutnya yang ada di alam ini hanyalah gejala alam (natural phenomena) dan semua gejala alam berasal dari air. Pada masa Yunani Kuno terdapat dua pandangan dalam psikologi yaitu Monoisme yang menganggap bahwa jiwa dan badan adalah satu dan Dualisme yang menganggap bahwa jiwa dan badan masing-masing tunduk pada peraturan dan hukum yang terpisah).
  Tokoh yang terkenal dari perkembangan psikologi pada zaman Yunani kuno antara lain Sokrates (469-399 SM), Plato (427-247 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates memperkenalkan tekenik maeutics, yaitu wawancara untuk memancing keluar pikiran-pikiran dari seseorang. Ia percaya bahwa pikiran-pikiran itu mencerminkan keberadaan jiwa di balik tubuh manusia. Plato berteori bahwa jiwa manusia mulai masuk ke tubuhnya sejak ada dalam kandungan, dan mempunyai tiga fungsi yaitu Logisticon (akal) yang berpusat di kepala, Thumeticon (rasa) yang berpusat di dada dan Abdomen (kehendak) yang berpusat di perut. Aristoteles dalam bukunya “The Anima” mengatakan bahwa makhluk hidup terbagi dalam tiga golongan yaitu Anime vegetativa (tumbuh-tumbuhan), Anima sensitiva (hewan) dan Anima intelektiva (manusia).
  Dalam kajian ilmu keislaman, psikologi dipelajari dengan cara pendekatan ilmu kalam, tasawuf dan akhlak. Tokoh-tokoh psikologi dalam hal ini diantaranya Imam Al-Ghazali, Imam Fachruddin Ar-Raazi, Al Junaid Bagdadi, Al-Asyari, Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd. Hakikat psikologi dalam kajian keislaman ialah hal-hal yang berhubungan dengan aspek dan perilaku kejiwaan manusia, agar secara sadar ia membentuk kualitas diri yang lebih baik dan sempurna guna memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat nantinya.
Psikologi dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri oleh Wilhelm Wundt dengan didirikannya Laboratorium Psikologi pertama di dunia, di Leipzig, Jerman tahun 1879. Sejak itulah sebagai ilmu tersendiri yang memisahkan dirinya dari filsafat hingga kemudian psikologi terus berkembang pesat hingga hari ini. Dalam laboratoriumnya, Wundt melakukan percobaan-percobaan dalam usahanya untuk menyelidiki jiwa lewat gejala-gejala jiwa.
  Perkembangan psikologi pada masa-masa selanjutnya mendapat respon positif dari masyarakat mengingat pentingnya peranan ilmu psikologi bagi manusia. Diantara tokoh terkenal yang membawa perubahan yang signifikan pada dunia psikologi adalah Sigmund Freud. Menurutnya, psikologi tidak hanya mempelajari masalah kesadaran jiwa, akan tetapi juga mempelajari ketidaksadaran jiwa.
  Di Indonesia sendiri, awal munculnya psikologi adalah bagian dari Ilmu kedokteran dan psikotes. Perkembangan psikologi mulai terasa sejak tahun 1950-an yang dipelopori oleh Prof. Slamet Imam Santoso. Dalam pengukuhannya sebagai guru besar Universitas Indonesia pada tahun 1952, Prof. Slamet Imam Santoso mengemukakan penggunaan pemeriksaan psikologis untuk menempatkan orang yang tepat pada bidang yang tepat. Sebagai kelanjutannya, pada tanggal 3 Maret 1953 diadakan Kursus Asisten Psikologi yang diketuai sendiri oleh beliau di lingkungan kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP&K). Tak lama berselang, didirikanlah Lembaga Pendidikan Asisten Psikologi yang bersifat otonom di luar dari kurikulum Fakultas Kedokteran. Di tahun 1960-an hanya ada empat fakultas psikologi yaitu di Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Maranatha dan Universitas Padjadjaran.

Ayat-ayat Psikologi Belajar
        Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah daripada makhluk-makhluk lainnya. Akan tetapi walaupun demikian, manusia masih dituntut untuk belajar. Seperti kita ketahui bersama bahwa ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad ialah perintah untuk membaca, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1 yang berbunyi : 
{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ} [العلق : 1]
Artinya “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”
    
    Membaca merupakan salah satu manifestasi dari belajar. Membaca juga merupakan wujud dari pengembangan salah satu fitrah yang diberikan kepada manusia yakni fitrah intelektual. fitrah intelektual ini jika tidak dikembangkan maka manusia akan bodoh dan berperilaku lebih dari hewan. Hal itu Allah firmankan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf:179, yang berbunyi:
{وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ} [الأعراف : 179]
     Artinya: Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. 
    
    Dari dua ayat tersebut menunjukkan bahwa belajar dalam sudut pandang Islam merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari belajar akan menuntun manusia pada satu kesempurnaan hidup, baik kehidupan di dunia maupun di akhirat.

    Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan psikologi belajar yaitu:
QS Al-Baqarah : 31-33
        Yang artinya : 
“( 30 )   Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
( 31 )   Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

( 32 )   Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
( 33 )   Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
QS Ar-Ruum (30):30
{فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ} [الروم : 30]
    Artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; ( tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus;tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
    Sebagaimana dijelaskan pada ayat diatas bahwa Allah SWT. Telah memberikan fitrah kepada manusia untuk berpikir dan belajar. Sebagai makhluk Allah yang sempurna, manusia diberikan akal untuk berfikir dan terus belajar, sebab manusia telah diberikan fitrah oleh Allah SWT. Kecendrungan jiwa belajar melakukan hal-hal yang baik dan terpuji.
QS An-Nahl (16):78
{وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [النحل : 78]
    Artinya “Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
    Sebagaimana ayat diatas bahwa sesungguhnya manusia itu pada saat lahir, tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Kemudian Allah SWT. Memberikan kemampuan berupa pengelihatan, pendengaran dan hati kepadanya untuk senantiasa memikirkan keagungan Allah SWT. Ketika baliq dan dewasa manusia mempunyai kewajiban untuk bersyukur dan belajar tentang ilmu-ilmu agama, agar semakin mantap keimanannya kepada Allah SWT.

QS Ar Ra’du (13): 11
{لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ} [الرعد : 11]
    Artinya “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang mengikutinya secara bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
    Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu,disebut Malaikat Hafazhah. Tuhan tidak akan mengubah keadaan mereka, selama mereka tidak mengubah sebab-sebab kemunduran mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Daulay Nurussakinah, Pengantar Psikologi dan Pandangan Al-Qur’an tentang Psikologi,  Kencana, Jakarta, 2014
Wahab Rihmalina,  Psikologi Belajar, Rajawali Press, Jakarta, 2018
Sarwono  Sarlito, Pengantar Psikologi Umum, Rajawali Press, Jakarta, 2017
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subulus Salam - Syarah Bulughul Maram oleh Imam Ash Shan'ani -rahimahullah- (part1)

Cerita Hujan

Sudahilah Sudah